Jumat, 21 September 2012

IKAN BETOK (Anabas testudineus BLOCH)

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan budidaya air tawar di Indonesia semakin berkembang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan potensi dan sebagai usaha untuk menigkatkan pendapatan petani ikan. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya petani ikan melakukan budidaya air tawar yang banyak terdapat di perairan umum serta meningkatnya kegemaran masyarakat mengkomsumsi ikan.
Untuk meningkatkan produksi dari hasil budidaya dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain : perbaikan teknik budidaya, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemberian pakan dalam jumlah dan mutu yang cukup serta penggunaan bibit unggul. Selain itu, hal lain yang sangat menunjang dalam proses pertumbuhan ikan, baik panjang maupun berat adalah jenis pakan yang cocok, dosis, tambahan vitamin, dan waktu pemberian pakan yang tepat serta padat penebaran yang disesuaikan dengan tempat pemeliharaan. Demikian juga halnya dengan kualitas air, baik parameter fisika, kimia dan biologi harus diperhatikan sesuai dengan keperluan ideal ikan yang dibudidayakan.
Banyak jenis ikan lokal di Kalimantan Timur yang mempunyai prospek baik untuk dibudidayakan, satu diantaranya yaitu ikan betok (Anabas testudineus Bloch). Ikan betok merupakan jenis ikan lokal yang mempunyai rasa daging cukup enak. Ikan ini sudah jarang ditemukan dipasar, kalaupun ada ukurannya masih terlalu kecil untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh intensitas penangkapan yang berlebihan atau rusaknya habitat ikan tersebut. Oleh karena itu perlu tindakan dan usaha untuk menjaga kelestarian, sehingga keperluan ikan tersebut dapat terpenuhi.  Beberapa kelebihan yang dimiliki ikan betok yaitu mempunyai toleransi terhadap fluktuasi temperatur yang tinggi, tahan terhadap kekeringan dan kekurangan O2 dalam air (Sterba and Gunther, 1973. dalam Rasdiansyah, 1986).
Balai Benih Sentral Air Tawar (BBSAT) Sebulu merupakan satu diantara balai benih yang aktif beroperasi di wilayah Kalimantan Timur. Meningkatnya status balai benih ini menjadi pusat pembenihan yang menunjukkan bahwa balai benih memiliki potensi untuk terus berkembang. Hal ini disesuaikan dengan potensi Kalimantan Timur yang letaknya strategis sebagai tempat usaha pengembangan dibidang perikanan serta didukung oleh debit air yang terdapat pada sungai Mahakam. Kondisi inilah yang menyebabkan saya  memilih BBSAT Sebulu sebagai tempat untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dengan judul kegiatan Pendederan Ikan Patin Jambal Siam (Pangasius sutchi).

B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini adalah:
1.        Mengetahui cara pembenihan Ikan Betok (Anabas testudineus BLOCH).
2.        Memahami kegiatan pembenihan Ikan Betok (Anabas testudineus BLOCH) yang baik dan terarah.


C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini adalah:
1.        Mendapatkan pengalaman secara langsung mengenai teknik pembesaran ikan sebagai informasi tambahan selain dari perkuliahan.
2.        Memperoleh wawasan dan pengetahuan yang lebih luas berdasarkan pengalaman dari hasil pengamatan secara nyata di lapangan.
D. Dasar Kegiatan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini merupakan bentuk realisasi Tri Dharma perguruan tinggi, yaitu : Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat.


II. TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Umum Ikan Betok
Berdasarkan kedudukan di dalam taksonomi, ikan Betok (Anabas testudineus BLOCH) digolongkan ke dalam :
Phylum        :           Chordata
Kelas           :           Pisces
Sub Kelas    :           Teleostei
Ordo           :           Labyrinthicii
Sub Ordo    :           Anabantoidei
Famili          :           Anabantidae
Genus          :           Anabas
Species        :           Anabas testudineus BLOCH.
Sedangkan ciri-ciri dari ikan betok secara morfologi yaitu rangka terdiri dari tulang sejati, dapat mengambil O2 dari luar air (mempunyai alat labyrin), memiliki sirip punggung dan sirip dubur dengan jari-jari keras, sirip perut memiliki jari-jari lemah dan satu jari-jari keras (Saanin, 1968).
Bentuk ikan ini lonjong dengan kepala besar dan memipih ke belakang. Tubuh ditutupi sisik berwarna hijau pada punggung dan putih mengkilat pada bagian perut. Tempat hidup adalah sungai, danau, rawa, genangan air dapat juga memakan udang renik, ikan kecil dan hewan kecil air lainnya (Varikul and Sritongsock, 1980. dalam Rasdiansyah. 1986). Ditambahkan oleh Djuhanda (1981) dalam Irawati (1993) bahwa ikan betok mempunyai sirip punggung yang panjang, mulai dari kuduk sampai di depan pangkal sirip ekor, bagian depan disokong oleh 16 – 19 jari-jari keras yang runcing-runcing seperti duri: bagian belakang lebih pendek daripada bagian depan; disokong oleh 7 – 10 jari-jari lunak. Sirip dubur lebih pendek daripada sirip punggung, sebelah depannya disokong oleh 9 – 11 jari-jari keras yang tajam-tajam dan bagian belakangnya disokong oleh 8 – 11 jari-jari lunak. sirip dada tidak mempunyai jari-jari keras, disokong oleh 14 – 16 jari-jari lunak; letaknya lebih ke bawah pada badan di belakang tutup insang. Sirip perut letaknya letaknya didepan, di bawah sirip dada, disokong oleh satu jari-jari keras yang berujung runcing dan 5 jari-jari lunak. Jari-jari keras dari sirip perut dapat digerakkan dan dapat dipergunakan untuk bergerak pada permukaan lumpur yang kering. Pangkal-pangkal dari sirip dada, sirip ekor, sirip punggung dan sirip dubur yang berjari-jari lunak, semuanya mengandung otot dan ditutupi dengan sisik yang kecil-kecil.
Menurut Sterba and Gunther (1973), dalam Rasdiansyah (1986), ikan betok tahan terhadap kekeringan, kekurangan oksigen di dalam air, toleran terhadap fluktasi temperatur yang tinggi, bahkan dapat hidup pada temperatur 15OC. Dengan menggunakan tutup insang dan ekornya ikan betok dapat berjalan beberapa ratus meter di permukaan tanah.
Kelebihan/keistimewaan yang dimiliki ikan ini yaitu mempunyai alat pernafasan tambahan yang khusus. Alat ini merupakan lembaran-lembaran berbentuk bunga berasal dari perkembangan epibranchial bagian depan. Alat ini sering disebut Labyrinth (Jeuken, 1959 dalam Rasdiansyah, 1986).
Dengan meniru habitatnya di alam, ikan ini dapat dipelihara dikolam yang terbuat dari beton, dipelihara selama empat sampai enam bulan ikan ini dapat dipanen. Di beberapa negara berkembang ikan betok dicoba dipijahkan dengan metode induced breeding, hasilnya  ikan ini memberikan respon yang positif, bahkan dapat berovulasi dalam waktu yang singkat setelah disuntik dengan ekstrak kelenjar hypopisa (Varikul and Sritongsock, 1980 dalam Rasdiansyah, 1986).
B. Teknik Budidaya
Usaha budidaya ikan betok ini belum banyak dilakukan secara massal dan luas karena terbatasnya benih yang didapat dari alam, kebanyakan produksi ikan betok masih merupakan hasil tangkapan dari alam dan saat ini telah mulai berkurang dan juga menunjukan kelangkaan yang diakibatkan oleh penangkapan yang tidak ramah lingkungan, seperti penyentruman, penubaan dan lain sebagainya. Di beberapa perairan jumlahnya mulai berkurang yang diduga karena terganggu oleh ikan-ikan lain seperti Nila, Bawal dan Lele Dumbo yang telah berkembang biak di perairan umum (Salami, 2010).
Prospek pengembangan usaha ikan lokal di Kabupaten Kuantan Singingi sangat besar sekali dilihat dari keadaan alam yang sangat mendukung yang banyak terdiri dari rawa-rawa sebagai habitat dari jenis ikan betok (Salami, 2010)..
Menurut (Salami, 2010) dalam upaya mendukung terjaganya kelestarian dari populasi ikan betok, dan dilihat dari keunggulan-keunggulan tersebut, Dinas Perikanan Kabupaten Kuantan Singingi berupaya melakukan penguasaan teknologi pembudidayaan, dalam hal ini telah melakukan uji coba tingkat pembenihan ikan betok dengan berbagai metode pembenihan seperti :
1.      Pembenihan secara massal di kolam.
2.      Pembenihan secara polyculture dengan ikan patin.
3.      Pembenihan dengan manipulasi lingkungan.
4.      Pembenihan dengan sistem induce spawning di dalam bak plastik.
Untuk saat ini di BBSAT baru dilakukan tingkat penguasaan pembenihan dengan sistem induce spawning yang telah menghasilkan larva, sedangkan 3 metode yang lain dalam tahap proses.
C. Pakan
Menurut Djajasewaka (1985), pakan merupakan faktor yang sangat menunjang dalam perkembangan budidaya ikan secara intensif. Fungsi pertama pakan adalah untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Pakan yang dimakan oleh ikan pertama – tama digunakan untuk hidup dan apabila ada kelebihan akan digunakan untuk pertumbuhan. Dosis pakan dan frekuensi pemberian pakan setiap hari berpengaruh besar tehadap kelangsungan hidup dan pertunbuhan ikan. Tujuan pemberian pakan adalah untuk dikonsumsi oleh ikan budidaya seoptimal mungkin, dan jenis pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan ikan yang dibudidayakan, selain itu pakan yang diberikan harus mempunyai mutu yang baik dan pemberiannya harus tepat waktu serta ukurannya disesuaikan dengan mulut ikan.
Menurut Afrianto dan Liviawaty (1992), pakan mempunyai peranan yang sangat penting, sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan perkembangbiakan. Pakan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang terbentuk secara alamiah baik dialam maupun dilingkungan tertentu yang sengaja disiapkan oleh manusia. Sedangkan pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia dengan bahan dan komposisi tertentu sesuai dengan kebutuhan.
Mudjiman (1992) menyatakan, usaha budidaya ikan yang intensif menuntut tersedianya pakan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkesinambungan. Sedangkan untuk menumbuhkan pakan alami kadang-kadang mengalami gangguan sebab pertumbuhan dipengaruhi faktor-faktor alam dan keadaan lingkungannya. Dalam mengatasi masalah tersebut perlu disediakan pakan buatan. Salah satu jenis pakan yang dapat digunakan adalah telur ayam. Telur ayam sering kita gunakan sebagai bahan baku pembuatan pakan untuk benih ikan dan udang. Biasanya digunakan dalam bentuk segar atau setelah direbus. Telur mentah yang masih segar setelah dihaluskan barulah dicampur pada bahan lainnya. Sedangkan untuk telur masak diambil kuningnya saja, kemudian kita haluskan dan kita larutkan dalam air hingga menjadi emulsi atau suspensi. Kandungan gizinya adalah protein 12,8%, lemak 11,5%, karbohidrat 0,7 % dan air 74%.
Menurut Djuhanda (1981), makanan utama ikan betok berupa tumbuh-tumbuhan tetapi dapat juga memakan segala macam makanan.


III. METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan, terhitung mulai tanggal 12 Juli sampai dengan 12 Agustus 2011. Lokasi kegiatan terletak di Balai Benih Sentral Air Tawar Sebulu, Desa Sebulu Ulu, Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.
B. Prosedur Kerja.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, pengumpulan data dan informasi diperoleh dengan observasi:
1.      Pengamatan langsung.
2.      Wawancara.
3.      Praktek di lapangan.
4.      Studi kepustakaan
Sedangkan kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah sebagai berikut :
1.      Pemijahan
2.      Pemeliharaan larva

C. Bahan dan Alat
1. Bahan
-        Induk matang gonad
-        Ovaprim
-        Aquadest
2. Alat
-        Akuarium 2 buah (80cm x 40cm x 60cm)
-        Hampang penutup akuarium
-        Baskom plastik
-        Serok kecil
-        Alat suntik (volume 1ml)


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Balai Benih Sentral Air Tawar (BBSAT) Sebulu
Balai Benih Sentral Air Tawar (BBSAT) sebulu merupakan unit Pelaksanaan Teknis Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan Timur BBSAT sebulu pada tahun 1979 dengan nama Balai Benih Ikan (BBI). Namun, sumber dana yang diperoleh tidak hanya dari dinas perikanan tetapi juga dari proyek Transmigration Depelopment Area (TAD) yang bekerja sama dengan pemerintah Jerman. Setelah dana proyek TAD selesai pada tahun 1986, maka kelangsungan Balai Benih diambil ahli langsung oleh Dinas Perikanan Tingkat 1 Kaltim. Pada tahun 2002, statusnya meningkat menjadi Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Balai Benih Sentral Air Tawar Sebulu, yang secara stuktural masuk pada eselon III setingkat dengan Kepala Sub Dinas (Kasubdin). (Laporan BBSAT, 2003).
Berdasarkan monografinya, Balai Benih Sentral Air Tawar Sebulu terletak di desa Sebulu bantaran sungai Mahakam kearah hulu dan dapat ditempuh melalui transportasi sungai selama ± 4 jam dan transportasi darat selama ± 2 jam dengan jarak ke kota Samarinda 81 km (41 mil). Lokasi BBSAT Sebulu terdiri atas dataran rendah yang memanjang yaitu 45 m dari permukaan laut, struktur tanahnya liat berpasir. Sebulu memiliki iklim basah tropis dimana hujan turun sepanjang tahun, sedangkan mata pencaharian penduduknya beraneka ragam, yaitu meliputi pertanian pangan, perkebunan, kehutanan dan juga perikanan. Sektor yang memberikan kontribusi paling besar adalah sektor kehutanan, sedangkan sektor perikanan yang paling kecil karena tidak banyak penduduknya melakukan kegiatan budidaya ikan. Oleh sebab itu, sebagian besar dari benih ikan yang dihasilkan dari BBSAT Sebulu, didistribusikan  ke daerah-daerah hulu sungai Mahakam, Tenggarong dan Loa Kulu.
Dari kegiatan Prakterk Kerja Lapangan (PKL) yang kami lakukan, maka diperoleh gambaran mengenai budidaya perikanan terutama mengenai teknik pembenihan ikan khususnya ikan betok (Anabas testudineus BLOCH) di Balai Benih Sentral Air Tawar Sebulu (BBSAT).

B. Hasil
1. Seleksi Induk
Untuk mendapatkan hasil pemijahan yang baik perlu induk matang gonad yang siap memijah. Ciri – ciri induk jantan dan betina yang matang gonad sebagai berikut :
-       Induk jantan
-          Berat tubuh 50 – 75 gr/ekor
-          Tubuh ramping dan panjang
-          Warna badan agak gelap
-          Sirip punggung lebih pendek
-          Bagian bawah perut agak rata
-          Jika perut diurut akan keluar cairan sperma berwarna putih susu
Gambar 1. Induk Jantan Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch)

-       Induk betina memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
-       Berat tubuh 80 – 100 gr/ekor
-       Tubuh gemuk dan lebar kesamping
-       Warna badan agak gelap
-       Sirip punggung lebih pendek
-       Bagian bawah perut agak melengkung
-       Jika matang gonad bila bagian perut diurut akan keluar telur
-       Urogenital berwarna kemerah – merahan
Gambar 2. Induk Betina Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch)

2. Pemijahan
Pemijahan dilakukan dengan induce spawning (kawin suntik) menggunakan hormon ovaprim dosis 0,25 ml/kg induk dengan cara sebagai berikut :
1.        Penyuntikan pada induk betina dilakukan dua kali dengan interval waktu 6 jam.
2.        Penyuntikan I pada induk betina sebanyak 1/3 dari dosis dan penyuntikan II sebanyak 2/3 dari dosis.
3.        Penyuntikan pada induk jantan hanya satu kali bersamaan pada saat penyuntikan II induk betina.
4.        Setelah disuntik  induk jantan dan induk betina kemudian digabung dalam sebuah akuarium dan bagian atasnya diberi penutup.
5.        Proses keluarnya telur (ovulasi) 4-5 jam setelah penyuntikan II (tanpa dilakukan striping).
6.        Jumlah telur (fekunditas) berkisar 5.000 – 20.000 butir/induk.
7.        Satu ekor induk dapat dipijahkan 2-3 kali/tahun.

C. Pembahasan
1.        Penetasan telur
Setelah terjadi pembuahan, telur ikan betok akan menetas menjadi larva dalam waktu 20-24 jam pemberian pada suhu 26OC atau akan menetas dalam waktu 12 jam pada suhu 30OC.
Prosentase dari telur yang dibuahi sekitar 95% dengan daya tetas (HR) 95%, dan penetasan telur bisa diakuarium atau langsung ditempat pendederan jika sudah siap.
2.        Pemeliharaan Larva
Larva yang baru menetas tidak perlu diberi makanan tambahan sebab larva tersebut masih mempunyai cadangan makanan dari kuning telur (yolk egg).
Dan pemberian pakan alami (rotifera) bisa diberikan setelah berumur 3 hari (kantong kuning telur sudah habis) sampai sampai umur 7 hari, kemudian dilanjutkan pakan alami berupa artemia sampai larva berumur 15 hari dengan  SR (kelangsungan hidup) mencapai 40% selanjutnya dapat dipindahkan ke kolam pendederan. Pakan alami yang digunakan berupa artemia yang akan diberikan pada larva setiap 3-4 jam sekali dengan dosis 3% dari berat tubuh ikan. Pakan alami ini di kultur terlebih dahulu melalui tahap sebagi berikut :
  1. Mempersiapkan media kultur yaitu air tawar yang dicampur dengan air garam hingga sampai salinitas 30-33 ppt, kemudian diendapkan sebelum digunakan.
  2. Masukkan air ke dalam toples berukuran besar diberi aerator guna memudahkan suplai oksigen.
  3. Memasukkan telur artemia ke dalam air yang telah disediakan dan dibiarkan selama 48 jam hingga telur artemia menetas dan terpisah dari cangkangnya.
  4. Artemia yang sudah menetas dipisahkan dari cangkangnya dengan cara disaring menggunakan alat penyaring.
  5. Artemia yang sudah disaring, ditambahkan air tawar  dan siap diberikan untuk larva.
Selama pemeliharaan larva di akuarium, penyiponan dilakukan ± 2 hari sekali atau jika akuarium terlihat kotor akibat kotoran dan sisa pakan yang tidak termakan.

Gambar 3. Wadah Penetasan Artemia


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari pengamatan dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan antara lain :
1.      Pembenihan ikan betok meliputi seleksi induk, pemijahan, penetasan telur dan pemeliharaan larva
2.      Pemeliharan dan perawatan larva yang kami lakukan yaitu pemberian artemia setiap 3 jam sekali dan menyifon akuarium setiap 2 kali sehari.
3.      Dalam pelaksanaan pemijahan, 1 ekor induk betok yang matang gonad dengan perbandingan 2 ekor induk jantan.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan kegiatan praktek kerja lapangan ini sebagai berikut:
1.    Untuk meningkatkan pencapaian jumlah benih yang dihasilkan dalam pendederan maka yang perlu dilakukan adalah pengelolaan kualitas air dan manajemen pemberian pakan.
2.    Alat – alat yang digunakan dalam proses budidaya (pembenihan) dicuci hingga bersih menggunakan aquadest.